TUBAN
Penulis: M.Rizqi
Lenterakata.com – Meski ada sebagian warga pemilik lahan yang menolak, namun kilang New Grass Root Refinery (NGRR) tetap akan dibangun di Kabupaten Tuban, tepatnya di. Kecamatan Jenu.
Kilang ini berkapasitas 300 ribu barel per hari. Sehingga bisa memroduksi bahan bakar minyak (BBM) yang bisa memenuhi kebutuhan yang selama ini masih kurang. Pembebasan lahan akan segera dilakukan.
”Kita pastikan di Tuban,. Istilahnya sampai titik darah penghabisan upaya kita untuk mewujudkan proyek nasional yang sangat penting ini,” ujar Koordinator Proyek (Project Coordinator) NGRR Kadek Ambara Jaya saat menghadiri diskusi di Tuban, Sabtu (26/1/2019).
Dia menyebut, untuk pembangunan kilang dan fasilitas pendukungnya, dibutuhkan lahan lebih dari 800 hektar. Saat ini sudah tersedia sekitar 400 hektar. Sehingga butuh lahan tambahan lagi.
Dari peta lokasi, sebagian kekurangan lahan itu ada di lahan milik warga. Ada sekitar 300 hektar yang menjadi milik warga yang akan dibebaskan.
”Soal harga tanah tanahnya kita menunggu hasil penilaian dari tim yang di lapangan. Tim itu di luar Pertamina. Jadi kami tidak ikut menentukan harga,” tambahnya.
semula kata dia, disediakan anggaran Rp 300 ribu per meter persegi. Hanya, dalam perkembangannya, setelah tim menilai di lapangan, ada pembengkakan harga. jumlah yang harus disediakan Pertamina bisa sampai dua kali lipat.
”Kami juga kaget kok bisa sampai Rp 600 ribu. Namun, tidak apa-apa nanti akan tetap kisa bayar kalau memang hasil penilaiannya segitu,” ungkapnya.
Ditanya apa kontribusi yang diberikan NGRR, Kadek mengatakan saat ini masih angan-angan. Semuanya baru dirancang dan dirumuskan, karena pembangunan kilang belum jalan. Hanya, masyarakat bisa melihat contoh yang sudah ada.
‘’Mari kita ke Cilacap, ke Balongan dan Indramayu Jawa Barat yang sudah ada kilang di sana. Bagaimana kehidupan masyarakat sebelum dan sesudah ada kilang,’’ katanya.
Kadek mengaku tak mau banyak bicara, karena dianggap bohong. Namun, masyarakat perlu tahu kondisi sebenarnya. Di kilang Balongan yang kapasitsnya hanya 125 ribu barel, sudah bisa mengubah wajah Balongan dan Indramyu sangat maju. Karena dampak ekonomi sangat besar.
‘’Indramayu perkembangannya setara Bandung ramainya. Coba tanya sebelum ada kilang seperti apa,’’ ungkap dia.
Kilang Tuban ini untuk ketahanan energi nasional. Karena tidak punya kilang lagi dengan kapasitas besar, Indonesia selalu impor bahan bakar migas (BBM). Sebab, kebutuhan BBM belum bisa dicukupi oleh produksi sendiri. Kebutuhan sekitar 1.500 barel per hari, sedang produksi hanya sekitar 1.000 barel.
‘’Negara mengeluarkan 19 miliar dolar atau setara 200 triliun untuk membayar impor BBM itu. Kalau punya kilang sendiri, bisa mengurangi atau bahkan tak perlu impor,’’ jelas dia.(*)