Gempur Rokok Tanpa Cukai, Dalang Sigit Jamas Pataka Kabupaten Tuban dengan Air Kembang

oleh -
JAMAS PATAKA : Dalang Sigit Ariyanto Menjamas Pataka Kabupaten Tuban

TUBAN

Penulis : M. Rizqi

Link Banner

Lenterakata.com – Kantor Satpol PP dan Damkar Kabupaten Tuban  menyelenggarakan sosialisasi Ketentuan Bidang Cukai Tembakau (DBH CHT) Tahun 2022 melalui pagelaran wayang kulit. Acara yang digelar di Alun-Alun Kota Tuban itu juga dalam rangka menyambut Hari Jadi ke 729 Kabupayen Tuban.

Hari jadi ke 729 Kabupaten Tuban jatuh 12 November besok. Persiapan sudah mulai ditata. Salah satunya adalah menyiapkan pataka lambang Kabupaten Tuban. Bahkan, pataka ini sudah dikirab keliling 20 kecamatan di Kabupaten Tuban.

Puncaknya, pataka tersebut akan dikibarkan saat peringatan hari jadi nanti. Sebelumnya, pataka ini dijamas. Dalang terkenal, Sigit Ariyanto asal Rembang yang menjamas pataka tersebut. Cara dengan dicuci dengan  air kembang.

Sebagai salah satu rangkaian acara peringatan hari jadi, Pemkab Tuban mengadakan pagelaran wayang kulit dengan menghadirkan dalang nasional Ki Sigit Ariyanto dari Rembang itu, Rabu (09/11/2022) malam itu.  Pagelaran wayang kulit dengan lakon Kakrasana Kridha juga  diselenggarakan dalam rangka Hari Sumpah Pemuda dan Sosialisasi Gempur Rokok Ilegal. Warga diharapkan ikut memerangi peredaran rokok tanpa cukai itu.

Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky, SE., bersama Forkopimda Tuban dan pimpinan OPD hadir bersama masyarakat yang memenuhi Alun-alun Tuban untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit.

Mas Bupati mengungkapkan pagelaran wayang kulit sebagai wujud komitmen Pemkab Tuban dalam melestarikan budaya luhur bangsa Indonesia. Kecintaan terhadap budaya luhur bangsa Indonesia dapat dipupuk sejak dini secara konsisten. Sehingga kesenian wayang kulit yang juga menjadi jati diri bangsa Indonesia kian diminati generasi muda.

“Tujuannya, mampu melahirkan dalang maupun seniman wayang kulit dari Kabupaten Tuban yang membawa prestasi yang membanggakan,” ungkapnya.

Mas Lindra menyatakan banyak pengajaran yang dapat diperoleh dari filosofi seni budaya yang ada maupun kisah yang dipentaskan. Nilai-nilai luhur disampaikan melalui wayang kulit diantaranya kepemimpinan dan tanggungjawab perlu untuk diteladani dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Tidak hanya itu, program pembangunan maupun informasi lainnya juga dapat disisipkan selama pementasan berlangsung.

“Ini menunjukkan bahwa sinergitas semua elemen masyarakat, termasuk seniman akan membawa manfaat bagi kemajuan suatu daerah,” tuturnya.

Untuk diketahui, pagelaran Wayang Kulit kali ini juga dimeriahkan dengan campursari dari Grup Karawitan Cakraningrat serta menghadirkan Cak Yudho Bakiak dan Andik TB. Lakon Kakrasana Kridha mengisahkan Kakrasana seorang anak Raja Mandura Prabu Basudewa bersama adik-adiknya yang sewaktu kecil dititipkan ke Demang Sagupa.

Kakrasana bersama adiknya yaitu Narayana dan Rara Ireng tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, berbudi pekerti, berani membela kebenaran dan keadilan. Tanpa menyadari mereka adalah keturunan raja. Ketika Negara Mandura terjadi kerusuhan yang disebabkan anak raksasa, maka Kakrasana dan adik-adiknya hadir membela kebenaran dan menegakkan keadilan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *