TUBAN
Penulis : M.Rizqi
Lenterakata.com – Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban melalui Pusat Studi Quran dan Turats (PSQT) menggelar pendidikan dan pelatihan (diklat) standarisasi guru Alquran Metode Tilawati. Acara digelar selama dua hari pada 26-27 Juli 2024 di aula KH. Hasyim Asy’ari, kompleks kampus IAINU Tuban di Jalan Manunggal.
Rektor IAINU Tuban Dr. Luthfi Hamidi membuka diklat yang diikuti lebih dari 100 peserta tersebut. Mereka terdiri dari mahasiswa dan alumni IAINU, para guru TPQ dan santri pondok pesantren Darul Ma’arif yang merupakan binaan IAINU Tuban.
Luthfi Hamidi mengatakan, metode atau kegiatan diklat seperti ini sangat bagus. Metode Tilawati adalah belajar membaca Alquran dengan metode menggunakan lagu.
‘’Karena huruf arab itu sulit, panjang pendeknya harus pas membacanya. Saya pernah punya pengalaman, punya teman di pondok yang sombong, dia mau baca kitab fathul muin, karena nahwu sharafnya tidak pas, maka artinya juga tidak pas juga, maka harus dipelajari dengan benar,’’ ujarnya.
Apalagi ketika membaca huruf arab yang tanpa harakat, lanjutnya, akan salah-salah kalau tidak tahu tahu. Maka hal-hal seperti itu bisa terbantu dengan metode-metode belajar Alquran seperti yang diselenggarakan ini.
‘’Ada yang mestinya yasiin dibaca yasaa, ain shin qof dibaca asaqo dan lainnya. Ini karena gak tau dan gak belajar. Misal ada yang ngaku ahli matematika tapi tidak tahu angka, mungkin nggak?’’ tambahnya.
Hal itu, menurut Luthfi Hamidi, sama dengan saat mengaku mahasiswa IAINU Tuban tapi diminta membaca Alfatihah saja tidak benar.
‘’Kalau mahasiswa IAINU Tuban baca fatihah saja belepotan ya langsung masyarakat tidak akan percaya. Akan dipretkan masyarakat. Karena itu kursus seperti ini memastikan ketika nanti jadi sarjana PAI, PIAUD dan lainnya bacaan Alqurannya sudah beres, karena saya berharap out put dari kegiatan ini adalah mengeliminir kebodohan-kebodohan seperti itu,’’ tandasnya.
Sementara Kepala PSQT IAINU Tuban Ana Achoita, M.Pd menambahkan, bahwa diklat ini sangat penting agar mahasiswa atau peserta bisa lebih mudah bisa membaca Alquran. Juga bisa menularkan dan mengajarkan ilmunya minimal pada anak-anak sendiri.
‘’Karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Sebab, pesertanya ini sebagian besar perempuan. Ada hadist yang menyebut; sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang belajar Alqur’an dan mengajarkannya,’’ katanya.
Diklat ini menghadirkan dua tutor atau narasumber, salah satunya adalah M.Fauzi, MA yang juga dosen di IAINU Tuban. (*)