TUBAN
Penulis : M. Rizqi
Lenterakata.com – KH. Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus Rabu (23/3/2022) sore menghadiri haul KH Ahmad Syifa’ Sholeh di kompleks Lembaga Pendidikan Ash Shomadiyah, Makam Agung, Tuban, Jawa Timur.
Gus Mus berperan ganda, selain memberi sambutan atasnama keluarga, karena pengasuh lembaga pendidikan di bawah Yayasan Ash Shomadiyah yang di antaranya ada pondok pesantren, KB, RA, MTs dan MA Ash Shomadiyah itu Gus Riza Shalihuddin Habibi adalah menantu Gus Mus. Kiai pengasuh pondok pesantren Raudhlatut Thalibin,Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu juga memberi pengajian singkat.
Gus Mus di antaranya mengupas tentang makna haul. Menurut Kiai yang juga sastrawan ini, ada perbedan antara Nabi Muhammad dan para kiai atau ulama yang meneruskan perjuangan nabi.
Jika Rasulullah yang diperingati adalah tanggal lahirnya yang disebut maulid, dan para kiai dan ulama diperingati tanggal wafatnya yang disebut haul.
‘’Karena nabi itu kelahirannya merupakan suatu sejarah baru, orang yang lahirnya menandai zaman. Menurut saya begitu, kalau yang ada punya pendapat lain silakan, ini demokrasi kok,’’ ujar Gus Mus.
Di Indonesia, lanjut Gus Mus, ada manusia yang diperingati juga hari kelahirannya, yakni RA. Kartini. Karena Kartini kelahirannya menandai zaman. Sebelum dia, tidak ada perempuan sekolah, baru pada zaman Kartini ada yang sekolah. Bahkan Kartini mendirikan sekolah kepandaian putri (SKP).
‘’Kelahiran Rasulullah bukan hanya menandai zaman, namun membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang,’’ tambah Gus Mus.
Sementara kiai, dan umumnya manusia, menurut dia, sulit untuk menilai. Sebab, ada yang awalnya baik, namun pada akhirnya tidak baik. Selama manusia masih hidup, sulit untuk diperkirakan akhir atau saat wafatnya nanti bagaimana perilakunya.
‘’Para kiai ditunggu sampai akhirnya baik atau tidak, orang sebelum tutup buku belum bisa dinilai,’’ tutur Gus Mus.
Sementara, Kiai Syifa’, ungkap Kiai yang juga penulis ini, selama hidupnya istiqamah mengajari dan melayani masyarakat. Orang bukan famili bukan saudara tapi diajari dan dilayani.
Menurut Gus Mus, kiai yang dihauli oleh masyarakat adalah wali, bukan hanya dihauli oleh kekuarganya sendiri. Kiai yang sebenarnya, urainya, bisa dilihat dari perilakunya, terutama kepedulian pada umatnya.
Kiai, lanjut Gus Mus, tingkah lakunya ingin meniru Rasulullah dan ingin meneruskan perjuangan Rasulullah sebisa-bisanya. Orang yang melihat umatnya dengan kasih sayang dan cinta kasih.
‘’Itu Kiai menurut definisi saya, kalau ada yang punya pendapatnya boleh, ini negara demokrasi kok,’’ kata Gus Mus.
Haul juga diisi dengan tahlil untuk para pendiri dan masyayikh pesantren dan pendidikan Asshomadiyah yang diawali dengan pembacaan Surat Yaasin. Kapolres Tuban AKBP Darman, Kapolsek Tuban, serta sejumlah pejabat dari Kemenag dan para kiai hadir.
Selain masyarakat umum, haul juga dihadiri oleh para santri dan siswa di lingkungan pendidikan Asshomadiyah, orang tua atau wali santri dan para alumni.(*)