Jadi Langganan Banjir, Warga Widang Antusias Diajak Simulasi Evakuasi Korban bersama Warga Disabilitas

oleh -
ANTUSIAS : Warga Mengevakuasi Warga Lain yang Disabilitas saat Bencana Banjir Menerjang Permukiman Mereka. Skenario dalam Simulasi Penanggulangan Bencana Itu Disambut Antusias

TUBAN

Penulis : M. Rizqi

Link Banner

Lenterakata.com – Kabupaten Tuban menggelar simulasi evaluasi korban bencana banjir di Desa Ngadipuro, Widang, Patihan, dan Simorejo Kecamatan Widang. Desa-desa tersebut memang menjadi langganan banjir akibat luapan sungai Bengawan Solo.

Simulasi dihadiri oleh Sekda Budi Wiyana, Ibnu Asur selaku Direktur Optimasi Jaringan Logistik dan peralatan BNPB, Tenaga Ahli BNPB Brigjen Ary Laksmana, Kalaksa BPBD Tuban Sudarmaji, Forkopimka, dan perwakilan OPD terkait.

Sekda Budi Wiyana mengungkapkan,sebelum puncak acara, rangkaian peringatan hari Kesiapsiagaan Bencana di Kabupaten Tuban telah dimulai dengan penanaman pohon di empat desa yang menjadi lokasi simulasi

Serta mengadakan diskusi lingkungan. Melalui kegiatan tersebut, Sekda mengajak seluruh komponen masyarakat untuk memahami jika penanggulangan bencana adalah urusan bersama. “Latihan ini akan memberikan pemahaman lebih mendalam kepada masyarakat, khususnya bantaran sungai agar selalu siap dan mengerti apa yang harus dilakukan saat bencana melanda,” ujar Sekda.

Sekda juga berterimakasih kepada pemerintah pusat melalui BNPB, BBWS, dan Pemprov yang telah membantu Kabupaten Tuban dalam penanggulangan bencana, khususnya banjir di bantaran sungai bengawan solo.

Sementara, Kalaksa BPBD Sudarmaji menjelaskan, setidaknya pihaknya melibatkan 100 warga terdiri 50 KK. Untuk Kabupaten Tuban bertema simulasi inklusi yang melibatkan disabilitas. Skenario yang disiapkan, warga melakukan evakuasi mandiri, membawa barang berharga dan ternak mereka.

Dibantu oleh tim relawan dan perangkat desa, menuju ke tempat lebih tinggi. Namun, di tengah proses evakuasi, satu warga tidak sengaja terpeleset dan terseret arus sungai yang cukup deras. Namun karena semua sudah siap siaga, maka evakuasi dapat dilakukan dengan cepat, sehingga korban selamat.

Darmaji berharap, dengan adanya simulasi evakuasi, akan bisa meminimalisir dampak kerugian dan korban jiwa. Kedepan, pihaknya juga akan menggelar simulasi serupa di beberapa desa, sehingga ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana dapat terwujud.

“Kita akan melibatkan tim Tagana dan Desa tanggap bencana,” katanya.

Apalagi, ancaman bencana hidrometeorologi tak hanya datang dari Bengawan Solo saja, namun juga kali Kening. Untuk itu, Darmaji berharap, masyarakat akan semakin menyadari dan siap untuk hidup berdampingan dengan bencana.

“Tak boleh takut, tapi waspada dan harus siap hidup harmoni dengan bencana,” tandasnya.

Puncak peringatan hari Kesiapsiagaan Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga menggelar simulasi evakuasi bencana banjir di 7 Kabupaten yang dilewati aliran sungai Bengawan solo, yaitu Kabupaten Tuban, Lamongan, Gresik, Sragen, Blora, Ngawi dan Bojonegoro.

Acara dipusatkan di Kabupaten Lamongan, Selasa (16/5/2023) yang dihadiri langsung oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia Muhajir Efendi, Anggota DPR RI Komisi 8, Sekda Provinsi Jawa Timur, Forkopimda Lamongan, dan perwakilan organisasi nasional maupun internasional. Sementara kabupaten lain bergabung melalui sambungan video conference.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam sambutannya mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian penguatan desa melalui desa tangguh bencana. Diinisiasi oleh BNPB, diperkuat BPBD dan organisasi non pemerintahan baik nasional maupun internasional.

Serta didukung oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. Ilustrasi digambarkan, keadaan darurat bencana banjir di wilayah yang dilintasi Bengawan Solo, pasca hujan deras melanda seminggu terakhir.

Suharyanto menerangkan, simulasi evakuasi banjir dilakukan sebab aspek pencegahan sebelum terjadi bencana itu penting.

“Unsur terdepan adalah kesiapsiagaan, baik masyarakat, dunia usaha, dan media,” ungkapnya.

Dengan latihan, akan menumbuhkan kepekaan dan sikap tanggap bencana kepada masyarakat. Edukasi simulasi adalah pembelajaran dan upaya seumur hidup, karena dengan berlatih kita akan siap mengurangi resiko bencana.

“Bencana adalah kejadian berulang. Sekali terjadi, akan ada kemungkinan terjadi kembali di masa depan, untuk itu kita tidak boleh takut namun harus siap,” tegas Suharyanto.

Ia melanjutkan, acara tersebut melibatkan setidaknya 2.950 warga dari dua provinsi, 7 Kabupaten yang terdiri dari 1.475 KK.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *