TUBAN
Penulis : M. Rizqi
Lenterakata.com – Proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) tingkat SMP di Kabupaten Tuban, Jawa Timur ruwet. Hasil pengumuman tidak sesuai dengan data awal pendaftaran setelah data tersebut diolah Dinas Pendidikan (Disdik).
Rentang waktu pengumuman yang terjeda dua hari juga menjadikan wali murid curiga. Diduga Dinas Pendidikan melakukan kecurangan dengan mengubah data siswa yang dinyatakan diterima di sekolah tertentu. Sebab, setelah data masuk ke Dinas Pendidikan hasilnya tetiba berubah.
Data yang dihimpun di lapangan menyebutkan, pendaftaran dalam PPDB ditutup tanggal 8 Juni 2024, namun hasilnya baru diumumkan hari ini Rabu 12 Juni 2024. Usai pendaftaran ditutup, sekolah penyelenggara PPDB sudah menyusun data calon siswa yang dinyatakan diterima.
‘’Seharusnya, setelah tanggal 8 Juni urutan calon siswa yang diterima tidak berubah karena pendaftaran sudah ditutup. Tapi ternyata pengumuman hari ini urutan banyak yang berubah atau geser. Alasan dinas kemarin ada perbaikan titik koordinat sekolah,’’ ujar salah satu panitia PPDB dari salah satu sekolah di Tuban.
Yang menjadi persoalan, perbaikan titik koordinat kok baru H-1 pengumuman. Kenapa tidak saat masa pendaftaran dilakukan. Dari penutupan pendaftaran sampai pengumuman yakni tanggal 8-12 Juni ada masa senggang yang bisa menjadi celah untuk otak atik urutan.
Salah satu yang mengalami nasib seperti ini adalah di SMPN 1 Tuban. Sekolah ini sebelumnya sudah mencetak hasil atau daftar siswa yang dinyatakan diterima. Namun, setelah pengumuman dari Dinas Pendidikan banyak data yang berubah.
Seorang wali murid yang mendaftarkan anaknya ke SMPN 1 Tuban bercerita, ada pendaftar yang sebelumnya nomor urut di bawah anaknya, tetiba posisinya naik di atas nomor urut anaknya karena ada perubahan skor di jarak rumah ke sekolah. Sebelum pengumuman final hari ini, kata dia, di SMPN 1 Tuban sempat terjadi tiga kali perubahan data siswa yang diterima.
‘’Anak saya masih masuk meski di urutan belakang. Hanya, ada teman anak saya yang kasihan karena harus terlempar ke sekolah lain akibat ada perubahan data itu. Padahal sebelumnya masih aman di posisi agak tengah,’’ ungkapnya.
Indikasi kejanggalan itu sangat terasa. Wali murid lain yang juga mendaftarkan anaknya di SMPN 1 menceritakan. Ada dua pendaftar yang anaknya berasal dari sekolah yang sama dan daerah yang sama. Satu anak tetiba jarak rumahnya berubah, yang semula tidak sampai 1 kilometer dari SMPN 1 berubah menjadi 1,2 kilometer. Akibatnya, sang anak ini tidak diterima.
‘’Yang janggal kan kenapa anak satunya koordinat rumahnya tidak berubah, sedangkan yang satu berubah. Yang satu diterima dan yang satu tidak meski bertetangga,’’ ucapnya.
Ketika hasil ini diprotes, pihak Dinas Pendidikan mengatakan sekolah keliru menentukan titik koordinatnya. Perntanyaan yang muncul, jika kliru kenapa baru sekarang, padahal jalur prestasi atau afirmasi dan lainnya sudah terlewati dan tidak ada masalah.
Terpisah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban Abdul Rakhmat saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon menjelaskan, bahwa data final siswa yang diterima pada PPDB adalah hari ini. Sehingga, data hari inilah yang harus dilihat. Jeda waktu penutupan pendaftaran itu, lanjut dia, digunakan untuk memeriksa berkas pendaftar, termasuk koordinat jarak rumah pendaftar ke sekolah.
‘’Data pihak sekolah itu belum final karena harus kita periksa dan teliti lagi. Ada banyak titik koordinat yang dibetulkan, sehingga wajar ada yang semula masuk jadi tidak masuk. Data yang final adalah yang hari ini, karena sesuai jadwal pengumumannya kan hari ini,’’ bebernya.
Karena itu, masyarakat tidak bisa menggunakan data yang dikeluarkan sekolah sebelum dikoreksi Dinas Pendidikan sebagai patokan. Rakhmat menyatakan pihaknya berusaha transparan dan berdasarkan data di lapangan. Dia mengakui banyak yang protes, namun dia bersedia menjelaskan di bagian mana protes itu.
‘’Monggo kami jelaskan kalau ada protes. Kita terbuka, dan kalau perlu kita nanti bisa melihat atau menghitung bareng titik koordinatnya biar jelas,’’ katanya.
Termasuk jika ada laporan dua anak bertetangga yang satu masuk dan satunya tidak masuk karena titik koordinat rumahnya berubah, Rakhmat menyatakan bisa menjelaskan. Jika memang datanya salah dia siap memperbaiki. Karena di lapangan dia meyakinkan sudah mencari titik koordinat yang sesuai kondisi.
‘’Karena titik koordinat itu, geser sedikit saja berbeda. Apakah benar bertetangga itu berdampingan rumahnya. Karena beda gang saja beda kok titiknya. Monggo datang ke kami kalau ada yang seperti itu. Nanti kami akan periksa kembali. Intinya kami tidak ingin yang berhak masuk jadi tidak masuk, begitu juga sebaliknya. Kami transparan dan sesuai data,’’ tegasnya.(*)