Kisah Mokhamad Mukhlasin Wali Pemasyarakatan Lapas Tuban

oleh -
WALI PEMASYARAKATAN : Mokhamad Mukhlasin Wali Pemasyarakatan Lapas Tuban yang Ngemong Warga Binaan

*Anggap Anak Didik di Lapas Seperti Anak Kandung

TUBAN

Penulis : M.Rizqi

Link Banner

Lenterakata.com – Dia menganggap seluruh anak didik pemasyarakatan yang dia bina adalah anak kandungnya sendiri. Mukhlasin menyamakan mereka dengan anak kandungnya sendiri, sehingga berharap anak didik pemasyarkatan juga merasakan kehadiran orang tua saat menjalani hukuman di Lapas Tuban.

Begitulah Mokhamad Mukhlasin (56) yang bertugas sebagai Komandan Regu Penjagaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tuban. Dia sudah lebih dari 30 tahun mengabdi di Lapas Kelas II B Tuban.

Mukhlasin juga diberi amanat menjadi Wali Pemasyarakatan. Wali Pemasyarakatan adalah petugas pemasyarakatan yang mendapat tugas mengamati, menangani dan mendampingi secara langsung dan khusus masalah pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

Dengan puluhan tahun bertugas sudah tentu dirinya mengenal berbagai karakter warga binaan baik dewasa maupun anak. Terkhusus anak yang berhadapan dengan hukum atau anak didik pemasyarakatan.  Dia selalu menempatkan diri sebagai orang tua yang mampu memberikan motivasi untuk yang anak didiknya.

Bertepatan dengan Hari Anak Nasional (HAN) 2020 ini, Mukhlasin menceritakan pengalamannya menjadi Wali Pemasyarakatan.

“Saya selalu memosisikan diri sebagai orang tua, jadi saya berikan motivasi dan dorongan,’’ ujarnya.

Tak mudah memang awalnya. Terlebih bagi WBP atau tahanan baru. Karena itu, sebelumnya dia melakukan pendekatan untuk selanjutkan memberi nasihat. Anak-anak yang sedang menjalani proses hukum itu, lanjut dia, wajar-wajar saja kalau di dalam Lapas.

Mereka tak ubahnya anak-anak lain yang butuh perhatian dan polos. Namun saat di luar sebelum masuk Lapas, tidak tahu bagaimana pengawasan orang tuanya bagaimana.

“Apakah mungkin orang tuanya sibuk sehingga pergaulan anak jadi kurang terkontrol,” katanya.

Melalui pendekatan, dia bisa dekat dan dipercaya oleh para WBP anak-anak. Setelah dalam tahap itu, pelan-pelan dia mulai masuk. Sebagai wali, dia harus bisa mengubah mindset atau cara berfikir anak didiknya tersebut. Meluruskan mindset itu menuju hal yang positif.

“Karena selama ini anak yang melakukan pelanggaran hukum mayoritas orientasinya adalah uang. Ikut dengan orang di atas usianya yang orientasinya untuk mencari uang. Kita harus jelaskan bahwa itu bukan orientasi yang benar karena masa depan yang masih panjang harus diisi dengan Pendidikan,”cetusnya.

Pria kelahiran Kebumen, 1964 itu menuturkan, bahwa peran orang tua sangat penting untuk menumbuhkan kemampuan dan motivasi anak. Dirinya selalu menasehati orang tua anak didiknya jika sedang berkunjung di Lapas.

“Saya menekankan pada orangtua anak didik saya ini, agar orangtuanya selalu memberi motivasi pada anaknya, untuk berkembang sesuai dengan umurnya, ‘’ ungkap dia.

Jika anak didiknya masih sekolah, kata dia, harus selalu diawasi dia bergaul dengan siapa, pergaulannya seperti apa, jam berapa dia pulang dan sebagainya.

‘’Tidak harus posesif,  namun, memberikan pengertian dan perhatian sebagai orang tua yang menginginkan masa depan yang baik untuk anaknya,” tandasnya.(wie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.