Buatlah Semua Orang Menangisi Kepergianmu karena Jejak yang Engkau Tinggalkan

oleh -

YOGYAKARTA
Penulis : M.Rizqi
Lenterakata.com – “Semula saya terinspirasi dari kata-kata Gus Dur. Ketika kita lahir semua orang tertawa, begitu juga saat kita meninggal. Buatlah diriku ditangisi semua orang saat meninggal karena begitu bermanfaatnya dirimu bagi orang lain,” ujar Imam Muklas pengelola bank sampah mandiri Keluarga Harapan Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur mengawali dialog sore itu.

Di ballroom sebuah hotel di Yogyakarta, Pertamina EP Cepu memang menghadirkan lokal hero yang menjadi binaan perusahaan. Ada 4 orang yang dihadirkan untuk bercerita tentang kisah sukses mereka di hadapan peserta media gathering Regional Indonesia Timur 2023 Subholding Upstream Pertamina.

Link Banner

Mereka berasal dari empat daerah di Indonesia yang menjadi wilayah operasi Pertamina EP Cepu. Tiga pria dan satu perempuan. Salah satunya adalah Imam Mukhlas.

Imam berfikir apa yang bisa dia lakujan hingga membawa dirinya bermanfaat bagi masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Terlebih desanya yang berada di daerah yang termasuk pelosok. Namun masuk wilayah operasi Pertamina.

Pria ini lalu terbersit mengelola sampah karena ini menjadi persoalan mendasar masyarakat. Salah satunya akibat dari ketidakpedulian warga dengan sampah. Sehingga banyak sampah berserakan.

Pada 2013 dia mulai mengajak warga untuk mengelola sampah. Dia masuk lewat jamaah tahlil ibu-ibu meski awalnya agak susah. Dia meyakinkan bahwa mengelola sampah tidak ada ruginya.

“Semula hanya sampah plastik seperti botol dan sejenisnya yang kami kelola,” ujarnya.

Warga diajak untuk menabung sampah yang ditimbang 3 bulan sekali atau 4 kali setahun. Hasil timbangan itu digunakan untuk membayar pajak bumi dan bangunan (PBB), karena banyak warga nunggak membayar PBB.

Hasil tabungan sampah itu bisa mengumpulkan Rp30 ribu – Rp50 ribu per kepala keluarga (KK) pertahun. Jumlah itu cukup untuk menyelesaikan masalah pembayaran PBB.

Melihat hasil ini, warga semakin banyak yang bergabung. Dari belasan jadi puluhan dan hingga saat ini ada 350 KK yang menjadi anggota. Dan tabungan sampah pun terus berlanjut.

Apakah tidak ada masalah? Ada! Aksi ini menjadikan bank sampah ini dituding sebagai juragan pemulung yang menjadi pengepul sampah. Dan kegiatan itu menyaingi usaha warga menjadi pengepul sampah. Sehingga Imam harus memutar otak untuk mencari solusi.

Masih seputar sampah, Imam akhirnya mengembangkan untuk juga mengelola sampah organik seperti sisa makanan, sayur dan sejenisnya dan diintegrasikan dengan maggot. Usaha lancar, sampah mulai tertangani.

Lagi-lagi masalah datang saat 2019 covid mulai menyerang. Banyak para pekerja pria yang dari sektor non formal seperti pekerja bangunan dan lainnya banyak yang nganggur karena pekerjaan juga terhenti.

Meski para pekerja ini juga tak tinggal diam, karena juga mencoba beternak ikan, ayam atau usaha lainnya. Namun banyak yang gagal, sementara tabungan sudah menipis. Sehingga harus segera punya sumber pendapatan.

“Dari beberapakali diskusi maka ketemu budidaya maggot itu yang menjadi pilihan, dan mulai digarap serius,” ungkapnya.

Usaha warga ini didukung Pertamina EP Cepu yang mendampingi dan memberikan bantuan alat untuk pengembangan program. Karena pasar maggot cerah. Bahkan, lalu berkembang juga bisa menghasilkan pupuk organik.

“Pupuk itu kami sebut Kasgot atau sampah bekas maggot,” terang Imam.

Berhenti? Belum! Imam berinovasi lagi untuk mengolah sampah yang tak terurai seperti plastik kresek. Sampah ini diubah menjadi bahan bakar alternatif (BBA) setelah diolah dengan sebuah alat. Bahan yang dihasilkan seperti gas metan, bahan setara solat dan setara bensin atau premium.

Bahan yang dihasilkan itu sudah diujicoba dan bahkan menjadi bahan kendaraan operasional untuk kegiatan mereka. Seperti bahan bakar mobil pengangkut sampah, bahan bakar motor petugas sampai bahan bakar traktor petani.

“Sampah itu dipanaskan dengan alat dan menghasilkan bahan bakar itu. Hanya bahan bakar ini tidak boleh dijual. Kita gunakan sendiri,” katanya.

Apa yang dia lakukan setidaknya bisa menekan pencemaran akibat sampah bahkan bisa menghasilkan. Sebab, Imam mengatakan paradigma pengelolaan sampah adalah hanya memindahkan sampah rumahan atau depo ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Sehingga sampah tetap menggunung.

“Saya ingin membuat bagaimana sampah tidak sampai ke TPA, kalau sampai sampah sangat sedikit. Alhamdulillah ada hasilnya, terimakasih Pertamina atas dukungan dan pendampingan yang selama ini dilakukan,” tandasnya.

Lokal hero lainnya yang juga berkisah adalah M.Syahril dari Desa Labuhan, Kecamatan Sepuluh, Kabupaten Bangkalan. Sejak 2013 mengelola pantai karena miris melihat abrasibdan kerusakannya. Lalu dia mengenal mangrove sejak 2014 saat diajak belajar ke Kabupaten Tuban oleh Pertamina.

Ilmu yang didapat diaplikasikan mulai penyemaian cemara, mangrove dan cara menanamnya. Hingga kawasan yang dia kelola menjadi area wisata yang menarik.

Juga ada Labi Mokok dari Sulawesi yang mengelola hutan dengan produksi madunya dan Sri Widyorini Kecatamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Jawa Tengah yang mengembangkan tanaman herbal.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *