Komunitas Punk Bikin Gawe Peringati Hari Lingkungan Hidup, Begini Sikap Pemkab Blora

oleh -

BLORA
Penulis : Ghina
Lenterakata.com – Pemkab Blora, Jawa Tengah melalui
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Blora mengapresiasi partisipasi komunitas punk dari berbagai daerah untuk pelestarian lingkungan hidup.

Hal itu disampaikan Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DLH Blora Sugiyono saat pembukaan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021.

Link Banner

Acara dihelat di Resto Cemara Pitu, Waduk Greneng, Tunjungan, Blora, Jawa Tengah.

“Saya berterima kasih, di hari peringatan lingkungan hidup ini teman-teman kelompok punk bisa mempersembahkan karyanya untuk bangsa ini,” ucapnya.

Sugiyono memgatakan, setiap tahun Hari Lingkungan diperingati pada tanggal 5 Juni. Dicanangkan PBB demi menggugah kesadaran banyak orang untuk menjaga lingkungan dan menciptakan ekosistem hijau yang lestari.

Sejarah Hari Lingkungan Hidup Sedunia berawal ketika PBB menggelar konferensi pertama tentang lingkungan hidup yang kemudian menghasilkan Deklarasi Stockholm pada tanggal 5 Juni 1972.

Semenjak saat itu, setiap tanggal 5 Juni seluruh komponen masyarakat dunia bergandengan tangan dengan instansi pemerintah dan komponen bisnis kecil maupun besar menunjukkan partisipasinya dalam mengurai isu-isu lingkungan hidup.

“Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia di tahun 2021 ini adalah “Environment Restoration” atau “Restorasi Lingkungan,” ungkapnya.

Restorasi lingkungan adalah upaya mengembalikan ekosistem ke kondisi awal mula, yang mencakup usaha pencegahan dan mengatasi berbagai kerusakan alam yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia.

Hadir pada acara itu jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) seperti Camat, Kapolsek dan Danramil selaku pimpinan kepolisian dan TNI di kecamatan serta Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar).

Dikatakannya, selain kepada komunitas punk, secara pribadi maupun lembaga, dirinya menyampaikan terimakasih kepada panitia.

Juga Kecamatan dan Kepala Desa Tunjungan yang telah berhasil menyelenggarakan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

“Ya, memang menurut pandangan masyarakat umum saat ini lebih berfikir hanya mencari uang (profit oriented, red) daripada berfikir kegiatan untuk kelestarian lingkungan,” katanya.

Mungkin, kata dia, bila dilihat sepintas oleh masyarakat awan, kegiatan terkait dengan lingkungan hidup itu tidak menarik.

“Tapi nanti kalau sudah terjadi bencana, biasanya orang baru merasa pentingnya upaya pelestarian lingkungan hidup ini,” ungkapnya.

Menurut Sugiyono, kondisi lingkungan yang ada saat ini menunjukkan bahwa pelestarian ekosistem lingkungan hidup perlu perhatian bersama.

“Kebetulan ini ada jajaran Perhutani. Ya kita sudah melakukan kerjasama dengan baik. Dan ini telah diimplementasikan oleh teman-teman kelompok punk. Terima kasih,” ujarnya.

Termasuk hari ini ada kegiatan pembagian dan penanaman pohon dan kemarin juga penebaran bibit ikan nila ke waduk Greneng.

Selain menanam, Sugiyono mengingatkan, bahwa memperhatikan kelangsungan dari tanaman yang telah ditanam sangat diperlukan.

“Jangan sampai pohon yang telah kita tanam itu mati. Maka dari itu perlu kita rawat bersama. Saya yakin kelompok teman-teman punk bersama masyarakat ini bisa,” tegasnya.

Kegiatan diteruskan dengan simbolisasi pembagian bibit pohon buah seperti srikaya, jeruk keprok dan durian oleh DLH.

Selain itu oleh Dinporabudpar, Forkopimcam Tunjungan, Perhutani dan Kolektif Krassidenan Punk, serta dilanjutkan dengan acara penanaman di kawasan Waduk Greneng Tunjungan.

Acara dilanjutkan dengan apresiasi seni budaya yang mengangkat isu lingkungan dan sosial.

Beberapa band telah ikut berkontribusi baik personal maupun kelompok, di antaranya Punkrawit, Iponk, Kantonx Crewsex, dan H.A.M. sebuah band bergenre rock n roll dari kota langganan banjir Semarang.

Sore hari dilakukan upacara larungan Takir Plonthang berisi sesajen ke kawasan Waduk Greneng.

“Ya, setelah dua hari berjalan, masih ada satu hari lagi di hari Minggu (6/6/2021) ini. Selain gigs punk dan bersih-bersih sampah di seputaran Waduk Greneng juga akan melakukan survey kubur batu Wong Kalang yang kedua,” terang Eko Arifianto dari Duta Blora Indonesia salah seorang penggagas acara, Minggu (6/6/2021).

Kebetulan hari ini, kata Eko, acara juga dihadiri oleh pemerhati sejarah dari Yogyakarta, yang mungkin akan bercerita tentang orang-orang Kalang di Kotagede Yogyakarta.

Eko yang akrab disapa Kotak ini menjelaskan bahwa simbol kendi yang dibuat punk Pesantenan Pati yang saat ini digunakan untuk background panggung mempunyai makna filosofi bersama menjaga “tanah” dan “air”  dari kerusakan dan kehancuran.

“Karena itulah makna acara ruwatan yang ada sekarang ini yaitu agar terhindar dan selamat dari wabah/ pandemi. Sehingga hari ini, dengan tetap menjaga protokol kesehatan dan silaturahmi,” jelasnya.

Ia juga mengajak warga menyaksikan berbagai acara seni dari Amok (Yogyakarta) HC/Punk Kejawen, Terminator (Jepara) Crust Punk, Frontal (Kudus) Punk Rock dan No Name (Jepara) .

Juga Crust Punk, Kendeng Squad (Pati) Punk Rock, Sementara (Rembang) Crust Punk, Sanja Riot (Cepu) Punk Rock, No-Disc (Rembang) Crust Punk, Jembatan Riot (Randublatung) Punk Rock dan kolaborasi performance art The Mistis.

“Ada pula art camp, lapak baca, lapak sablon dan bagi masker gratis,” bebernya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *