Kepala Madrasah Jangan Kagetan

oleh -

TUBAN

Penulis: Laidia
Lenterakata.com – Kepala madrasah sebagai top leader jangan suka kagetan. Misalnya kaget dengan aturan baru. Karena ganti orang biasanya ganti kebijakan.

Link Banner

“Seperti Menag sekarang Pak Fahrur Razi dan Kemendiknas juga diganti Pak Nadiem Makarim,” ujar Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban Sahid.

Pernyataan itu disampaikan dalam acara rapat koordinasi (rakor) persiapan pelaksanaan UN, UAMBN dan UM Madrasah Aliyah Kabupaten Tuban tahun pelajaran 2019-2020. Acara digelar di aula Kemenag Rabu (29/01/2020).

Sahid menyebutkan, ada empat pokok kebijakan pendidikan yang disebut dalam program “Merdeka Belajar”.

Pertama USBN akan dikembalikan ke sekolah. Undang-undang Sisdiknas peserta didik akan dievaluasi oleh gurunya dan kelulusan di tentukan oleh sekolah.

Kedua, ujian nasional tahun 2021 akan diganti dengan asesmen dan survei karakter. UN kali ini yang terakhir diselenggarakan pemerintah.

Ketiga, rencana pelaksanaan pembelajaran cukup satu lembar saja yang tidak membebani guru.

RPP hanya akan ada 3 komponen saja, yakni tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan asesmen.

Keempat, sistem zonasi PPDB akan diganti prosentasenya. Semula 80 persen zonasi, 5. persen perpindahan dan 15 persen prestasi.

Menjadi 50 persen zonasi, 15 peesen KIP, 5 persen perpindahan dan 30 persen prestasi.

Acara ini selain dihadiri oleh Kakankemenag juga Kasi Pendidikan Madrasah, Pengawas MA dan semua kepala Madrasah Aliyah baik negeri maupun swasta, dari 50 lembaga.

Sementara itu Kasi Pendidikan Madrasah, Siti Maulidiyah, SH, mengatakan selain USBN siswa madrasah juga akan mengikuti UAMBN.

“Selain mengikuti USBN, siswa madrasah juga akan mengikuti ujian akhir madrasah berstandar nasional (UAMBN), ” jelasnya.

Ujian ini, lanjut Sahid sama dengan UN, tetapi UAMBN untuk ciri khas kemadrasahaan. Di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, madrasah didefinisikan sebagai sekolah yang berciri khas Islam.

“Oleh karena itu, ada lima mata pelajaran yang berciri khas Islam. Yakni mata pelajaran Alquran dan hadist, akidah dan akhlak, fikih, sejarah kebudayaan Islam, dan bahasa Arab,” katanya.

Ia juga mengatakan, persiapan terus dilakukan dengan harapan siswa madrasah dapat mengedepankan kejujuran dan integritas.

“Kelulusan siswa harus berdasarkan kemampuan siswa sendiri bukan kecurangan atau dibantu guru-gurunya,” pesan dia. (lai/wie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *