Bupati Mencari Pusaka yang Paling Tua

oleh -
LIHAT PUSAKA : Bupati Fathul Huda Memegang dan Memerhatikan Salah Satu Keris yang Dipamerkan

TUBAN

Penulis : M.Rizqi

Link Banner

Lenterakata.com – Bupati Tuban Fathul Huda mencari pusaka yang paling tua, saat melihat pameran pusaka di Desa Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding. Dia juga Nampak serius mengamati dan sesekali bertanya soal pusak yang ada dipamerkan.

‘’Kalau ini dibuat pada jaman apa. Mana pusaka yang paling tua di sini,’’ tanya bupati pada panitia.

Saat menerima penjelasan mengenai pusaka yang ada, orang nomor satu di Tuban itu Nampak memerhatikan secara saksama. Bahkan, ada satu pusaka yang dia timang dan diamati serius.

‘’Kalau ini tangguh Tuban. Pusaka yang di sini semua koleksi peserta,’’ ujar panitia yang juga pemilik pusaka yang dipegang bupati.

Pameran pusaka adalah satu rangkaian kegiataan dalam rangka Pentas Seni dan Hiburan Rakyat Kota Lama Tuban di desa Prunggahan Kulon yang dibukaSabtu (14/09/2019) oleh bupati.

JAMASAN : Jamasan Pusaka Menjadi Acara Utama Kegiatan di Kota Lama

Kegiatan dipusatkan di Pendopo Desa Prunggahan Kulon. Desa ini merupakan kota lama Tuban. Karena di desa inilah dulu pernah menjadi pusat pemerintahan di Tuban.

Pada pembukaan kegiatan juga digelar pasar rakyat. Puncak acara adalah jamasan pusaka dan kirab pusaka  pada Minggu (15/9/2019) pagi.

Saat membuka acara, bupati didampingi Kepala Diskoperindag; Kepala Disparbudpora; Kabag Humas dan Protokol serta perwakilan DPMPD dan KB; Forkopimka. Selain itu, Kades se Kecamatan Semanding juga hadir.

Bupati menyampaikan rasa haru dan herannya atas terselenggaranya kegiatan yang diprakarsai pemerintah desa itu.

‘’Karena acara tingkat desa saka, tapi semaraknya mengalahkan kegiatan Pemkab,’’ ungkapnya.  Menurut bupati yang menjabat dua periode itu, kegiatan tersebut menjadi salah satu wahana untuk mengenang sejarah.

Sebab, Prunggahan Kulon menjadi cikal bakal lahirnya Kabupaten Tuban. Bupati Huda mengungkapkan pemdes  bersama sesepuh dan wagar Desa Prunggahan Kulon telah melestarikan warisan budaya nenek moyang.

Budaya, lanjut bupati, merupakan implementasi dari seni dan nurani dari hati yang paling dalam manusia yang dilakukan secara terus menerus. Budaya luhur harus dipertahankan agar tidak punah dan tidak kehilangan jejak leluhur.

‘’Kegiatan ini disinergikan dengan instansi dan stakeholder terkait. Desa lain bisa mencontoh ini,’’ lanjutnya.

Kegiatan tersebut  menurut pria asal Montong tersebut sesuai dengan harapan pemkab. Yakni desa menjadi subjek dan objek pembangunan. Kepala desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD), perangkat desa serta warga menjadi pelaku utama kemajuan desa.

‘’Karena itu, Kades harus punya terobosan di berbagai bidang. Jika desa maju, maka akan mendukung kemajuan kabupaten,’’ tandasnya.(wie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *