Restu Kiai untuk Calon Bupati

oleh -
DOA KHUSUS : Setiajit Menerima Doa Khusus dari Kiai Nasroh

TUBAN

Penulis: M. Rizqi

Link Banner

Lenterakata.com – SORE menjelang ketika rombongan memasuki pelataran pondok pesantren Nurussalam, Gomang, Desa Lajulor Kecamatan Singgahan, Tuban.

Pondok Gomang begitu masyarakat biasa menyebut lembaga yang berada di bawah Yayasan Wali Songo tersebut.

Sebelum sampai di pelataran pesentren yang sore itu sudah sangat ramai, mobil rombongan saya harus berjalan menanjak.

Maklum, pesantren dan tempat tinggal kiai pengasuhnya berada di atas bukit. Tapi inilah uniknya pesantren ini. Karena berada di tengah hutan di atas bukit, pengunjung harus memacu kendaraannya sejak dari bawah dengan gigi rendah jika ingin lancar menanjak.

Istimewanya, di kompleks pesantren ini, tak pernah kekurangan air. Meski berada di atas bukit, air melimpah ruah, meski di musim kemarau sekalipun.

Saya dan rombongan datang agak terlambat. Sedianya kami akan mendampingi Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur Setiajit SH, MM sowan ke KH KPP Noer Nasroh Hadiningrat, pengasuh pesantren.

Setiajit ingin meminta restu pada kiai kharismatik yang biasa disapa dengan sebutan Kiai Nasroh itu. Restu untuk mencalonkan diri menjadi bupati Tuban pada pilkada 2020 nanti.

Kami telat beberapa menit, karena saat saya dan rombongan tiba, Setiajit sudah masuk lebih dulu. Sudah ditemui Kiai Nasroh di ndalem.

Kami berlima langsung menyusul, karena butuh gambar untuk mengabadikan momen pertemuan Setiajit dan Kiai Nasroh. Saya juga harus tahu apa wejangan Sang Kiai pada Setiajit agar bisa menuliskannya dengan benar.

Namun, begitu saya tiba di ndalem, langsung dipersilahkan makan. Saya dan rombongan digiring ke ruang makan prasmanan khusus tamu ndalem. Kiai Nasroh sendiri yang mengantar sampai tempat makan. Dan, saat kami masuk ruangan makan, baru Kiai Nasroh pergi.

‘’Monggo dahar riyin,’’ sambut Kiai Nasroh.

Dan begitulah kebiasaan di pesantren ini, semua tamu pasti disuguhi makan oleh Kiai Nasroh, dan harus makan. Lalu kami menikmati beberapa menu masakan yang tersaji di meja. Di ruang makan saya bertemu beberapa kawan.

Termasuk kawan yang selama bertahun-tahun tidak pernah ketemu. Barokahnya silaturrahmi. Ketemu kawan dapat makan pula.

TAWADUK : Setiajit Mencium Tangan Kiai Nasroh Wujud Tawaduk Santri pada Kiai

Usai makan inilah saya menemukan beberapa momen langka. Saya lihat dan sempat mengabadikan Setiajit mencium tangan Kiai Narsroh. Sikap tawaduk santri pada kiainya.

Dan saat duduk berdekatan di kursi di luar ruangan, Kiai Nasroh dan Setiajit nampak santai, terkadang serius, bahkan beberapa kali wajah keduanya saling mendekat agar yang disampaikan jelas didengar.

Saya melihat Setiajit menengadahkan tangan ke atas untuk mengaminkan doa yang dipanjatkan Kiai Nasrioh. Entah doa apa, saya hanya melihat agak jauh.

Sekitar 4 meter, sehingga tak mendengar doa yang nampaknya khusus dibacakan untuk Setiajit itu. Saya abadikan momen ini dengan kamera yang saya bawa.

Nampaknya, pertemuan di luar ruangan itu belum cukup. Lalu dilanjutkan di dalam ruang tamu ndalem.

Di atas karpet tebal yang dihamparkan di ruang tamu, Setiajit, Kiai Nasroh dan beberapa keluarga ndalem duduk santai.

Saya bersama salah satu wartawan TV minta izin masuk, karena kami ingin mendengar wejangan dan pesan Kiai Nasroh.

Kami juga ingin meminta pernyataan atas kedatangan Setiajit dan permintaan restu pejabat asal Tuban itu untuk maju dalam pilkada di Tuban.

‘’Saat inilah Allah telah mengabulkan karena waktu yang sudah tertunda 10 tahun. Mudah-mudahan beliau nanti menjadi bupati yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Dan bisa dikendalikan dari orang-orang yang memilih dan tersenangi pada beliau. Artinya mengendalikan arah yang benar dan diridhai oleh  Allah SWT. Dan itu saya yakin, beliaunya sadar karena jadi bupati karena dipilih oleh rakyat. Maka beliaunya akan anut apa yang menjadi programnya rakyat, yaitu program yang baik, program yang bermanfaat’’

Begitulah di antara wejangan dan tanggapan Kiai Narsoh. Ada banyak lagi pesan yang diberikan. Hanya menurut kiai yang berdarah biru garis keturunan dari Keraton Kasunanan Solo ini, sekarang adalah saatnya Setiajit memimpin. Sudah saatnya Setiajit menjadi bupati Tuban.

‘’Wis wayahe, sekarang inilah jawaban dari doa-doa saya selama ini,’’  ungkap Kiai Nasroh memberikan perumpamaan atau ‘ngalamat’ apa yang akan terjadi.

TEMU ALUMNI : Setiajit Diajak Menemui Perwakilan Alumni Gomang

Usai dari ndalem, selanjutnya Kiai Nasroh membawa Setiajit untuk bertemu dengan perwakilan alumni pesantren Gomang yang sore itu sudah berkumpul di masjid kompleks pesantren.

Sudah menjadi tradisi, setiap haul pesantren, seluruh alumni dan keluarganya hadir. Masing-masing daerah ada perwakilan alumni yang mewakili dalam silaturrahmi akbar dengan Kiai Nasroh di masjid.

Kiai Nasroh didampingi para putranya dan kerabat dekat. Di sana, Kiai Nasroh mengenalkan Setiajit sebagai calon bupati Tuban. Kepada para santri juga dikenalkan seperti itu.

Setiajit menganggap kedatangannya ke pesantren Gomang sore itu sebuah anugerah. Sebab, bersamaan dengan waktu haul pesantren. Sehingga banyak yang datang, dan dia bisa silaturrahmi dengan para santri dan alumni.

Dan yang lebih membuatnya haru adalah tanggapan Kiai Nasroh, keluarganya dan seluruh santri serta alumni. Restu dan doa dari Kiai Nasroh menambah semangat dia untuk maju menjadi calon bupati.

‘’Sebagai santri, restu kiai adalah segalanya. Ini sangat luar biasa. Semoga ini menjadi awal yang baik, yang melancarkan jalan kita mewujudkan harapan,’’ ujar Setiajit.

Mantan Kepala Biro Humas dan Protokol pemprov Jatim ini mengatakan, ada banyak hal yang ingin dia capai. Menurut dia, harus ada lompatan-lompatan program dan prestasi agar kemajuan Tuban semakin cepat.

Saat ini, angka kemiskinan di Tuban masih sekitar 15 persen. Hal itu, menjadi pekerjaan yang harus diselesaikan. Sebagai pemimpin kelak dia bertanggungjawab untuk mereduksi atau menghilangkan angka kemiskinan itu.

‘’Perlu lompatan besar agar semakin maju. Inovasi harus terus dilakukan untuk mencapai kesejaheteraan,’’ katanya.

Semua program itu sudah ada. Sehingga ketika nanti mandate atau amanah dari warga Tuban diberikan pada dia untuk memimpin Bumi Wali, kebijakan dan program itu bisa dijalankan. Bertahun-tahun di birokrasi, Setiajit tahu benar di mana permasalahan itu berada, dan siap untuk menyelesaikanya. Karena ada solusi tepat yang sudah disiapkan.

Restu dari Kiai dan Gubernur Jawa Timur serta dukungan dari masyarakat yang sudah dia kantongi menjadi pemantik semangat dan suntikan tenaga untuk berjalan dan bekerja lebih baik dan semangat lagi untuk meraih harapan itu. Memimpin Tuban.(wie)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *