Ternyata, Tak Sedikit Pahlawan Nasional asal Tuban

oleh -
BERI PENGHARGAAN: Kepala Kemenag Memberi Penghargaan untuk Pegawai

TUBAN

Penulis: M Rizqi

Link Banner

Lenterakata.com – Memperingati hari kemerdekaan, ingatan selalu pada para pahlawan bangsa yang telah gugur. Baik sebelum kemerdekaan, maupun setelahnya yang dikenal sebagai masa agresi militer kedua.

Ternyata, tak sedikit pahlawan nasional asal Kabupaten Tuban yang telah gugur dan berjuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Nama-nama mereka dicatat dengan tinta emas. Mereka dikenang sampai kini.

Hal itu, seperti disampaikan Kakankemenag Tuban Drs. Sahid, MM saat menjadi pembina upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke 74 Republik Indonesia (RI)  di halaman kantor Kemenag Sabtu (17/08/2019).

‘’Banyak yang belum tahu meski usia kemerdekaan kita sudah 74 tahun, jika banyak pahlawan nasional yang berasal dari kabupaten Tuban,’’ ujarnya.

Di antaranya pahlawan nasional itu adalah Jenderal Basuki Rahmat. Tokoh ini pernah menjadi menteri pada zaman pemerintahan Soekarno.

Jenderal yang pernah tinggal di Jalan dr Soetomo Tuban pernah menjadi saksi pelimpahan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto yang  dikenal dengan istilah  Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar itu.

Nama Jenderal Basuki Rahmat diabadikan menjadi nama jalan di hampir semua kota di Indonesia. Sehingga namanya abadi dan dikenal masyarakat.

Kemudian ada Sugondo Joyopuspito, seorang tokoh sentral yang mencetuskan sumpah pemuda. Tokoh pergerakan ini mengajak para pemuda saat itu untuk bersama-sama berjuang untuk bangsa, bukan lagi untuk suku dan golongannya sendiri.

Lalu ada Abdul Karim Pringgodigdo, tokoh sentral persiapan kemerdekaan Indonesia dan pernah menjadi menteri di era Soekarno. Tokoh terpelajar yang mewarnai perjalanan sejarah bangsa ini.

Di era setelah kemerdekaan atau agresi milter Belanda kedua, ada nama Letda Sucipto. Salah satu tokoh pejuang yang memimpin pasukan untuk melawan penjajah yang ingin kembali bercokol.

Tokoh yang nama dan patungnya diabadikan di Tuban ini, kala berjuang pernah satu komando dengan Panglima Besar Sudirman dengan pasukan Brigade Ronggolawenya.

Meski Letda Sucipto akhirnya gugur dalam medan pertempuran, namun aksi heroiknya sempat membuat penjajah Belanda kalang kabut dan menelan kerugian yang besar, dan kehilangan banyak pasukan.

Yang terakhir adalah Lettu Soeyitno putra Bupati Tuban yang ke 37. Tokoh ini harum namanya di Kabupaten Bojonegoro. Dia berjuang di Kota Ledre tersebut. Namanya diabadikan sebagai nama salah satu jala di Bojonegoro.

Lebih lanjut Sahid menegaskan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.

‘’Dan semua hakekatnya bisa menjadi pahlawan. Kita harus menjadi pahlawan di lingkungan masing-masing,’’ harapnya.

Menurut dia, Indonesia sangat beruntung bahwa sekarang menjadi percontohan bagi negara lain. Karena banyak pulau, banyak suku, banyak adat dan bahasa namun bisa mempertahankan kedaulatannya.

‘’Semoga Indonesia selalu menjadi negara yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofur,” katanya.

Pria asli Gresik ini mencontohkan hakekat kemerdekaan adalah sejak lahir. Menyadur dari kalimat sahabat Umar bin Khattab kepada Amru bin Ash

“Sejak kapan kamu memperbudak manusia padahal mereka di ahirkan merdeka dari rahim ibunya”. Ini menunjukan keberpihakan Islam terhadap kemerdekaan warga.

Sahid juga memberikan penghargaan Satya Lencana Karya Satya kepada Tasmo kepala MTSN 1 Tuban, Ulfa Hayati Muzayanah Pengawas Madya Kemenag, Hari staf Pais,  dan dua orang guru yakni Rufiat dan Musrini.

“Terus  tingkatkan kualitas diri dalam bekerja,’’ pesan dia.(wie/lai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *