Dandan Seperti Mau Pentas, Puluhan Pekerja Seni di Tuban Demo Kantor Pemkab

oleh -
BUKAN PENTAS : Seniman Tayub saat Demo di Kantor Pemkab

TUBAN

Penulis : M.Rizqi

Link Banner

Lenterakata.com – Ada yang menarik Kamis (19/8/2021) pagi sampai siang di halaman kantor Pemkab Tuban, Jawa Timur. Sebab, puluhan pekerja seni berdandan seperti saat mau pentas. Mereka berkumpul, dan ternyata menggelar demo di halaman tempat bupati ngantor tersebut.

Ada yang berdandan Punokawan, penari tayub juga berdandan lengkap layaknya saat mentas. Pramugari atau penata laku di dalam pementasan tayub juga dandan dengan busana pentasnya. Sementara yang lain meski berpakaian biasa namun masih memakai atribut seni dan budaya, misalnya blangkon dan udeng atau ikat kepala.

Para seniman ini protes kebijakan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level yang terus diperpanjang. Hal itu, sangat berpengaruh pada kehidupan mereka. Karena PPKM membuat kegiatan pentas seni ditiadakan. Sedangkan, para seniman mengais nafkah dari pementasan seni tersebut.

Demo yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIB. Namun, sejak pagi, bahkan sebelum jam, 08.00 WIB sudah ada beberapa seniman yang datang ke lokasi. Seniman yang berdandan ala Punokawan misalnya, sebelum jam 08.00 sudah ada yang nyanggong di depan kantor pemkab. Keberadaannya menarik perhatian masyarakat, tak sedikit yang justru minta foto bareng mereka.

Menurut Damuri coordinator aksi, ada sekitar 50 pekerja seni yang ikut demi. Mereka mendesak pemkab untuk mengijinkan pekerja seni beraktifitas/bekerja sesuai peraturan pemerintah.

Pemkab diminta segera menerbitkan peraturan juklak dan juknis pemberlakuan ijin, serta mengeluarkan subsidi berupa bantuan kepada pekerja seni di Kabupaten Tuban.
Salah satu seniman, Ki Ronggo Jaya Kusumo meminta solusi kelonggaran dari pemkab.

‘’ Anak dan istri keluarga seniman butuh makan dan butuh uluran tangan pemerintah.
Kami menyerah. Kami butuh makan dan kami tidak punya penghasilan,” ujar Ki Ronggo.

Selain kelaparan, kata dia, pandemi juga berdampak pada sektor pendidikan anak-anak seniman. Data sementara ada puluhan anak yang hampir dan bahkan putus sekolah karena orang tuanya tidak punya penghasilan.

“Seniman butuh panggung untuk bisa bertahan hidup. Tolong Bupati Lindra kami butuh kelonggaran,” ucapnya.

ORASI Seniman dengan Dandanan Punokawan Orasi di Kantor Pemkab

Karena tidak punya penghasilan, ungkap dia, semua barang berharga di rumah sudah dijual untuk makan sehari-hari. Aksi unjuk rasa dijaga ketat petugas kepolisian.

Menanggapi aksi para seniman tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Tuban, Sulistiyadi mengatakan telah mendengar semua keluh kesah dan aspirasi seniman yang terdampak pandemi Covid-19 dan PPKM se-Jawa Bali.

“Karena PPKM ini diremot dari pusat, maka daerah sifatnya hanya bisa mengikuti. Kami minta maaf bahwa seni hiburan belum bisa pentas seperti yang diharapkan seniman,” terang Didit sapaan akrab Sulistiyadi saat menemui para seniman tersebut.

Aturan PPKM, lanjutnya, bukan hanya membatasi kegiatan seni, namun seluruh sektor termasuk objek wisata juga belum diijinkan operasional.

Arahan dari pusat, bahwa seni hiburan baru dibuka di beberapa tempat seperti Surabaya Raya, Semarang dan Bogor. Untuk Kabupaten Tuban belum bisa membuka seni hiburan.
“Kalaupun bisa tampil hanya dibatasi empat sampai enam seniman. Itupun di luar gedung bukan di indoor,” imbuhnya.

Ki Ronggo Jaya Kusumo mewakili seniman meminta pemkab mengijinkan seniman untuk pentas. Bila malam hari dilarang, siang hari  seniman akan mengikuti aturan.

“Bojonegoro bisa melonggarkan tapi Tuban kenapa tidak bisa,” protesnya.

Soal pembatasan jumlah seniman yang pentas, Ki Ronggo meminta pemkab membuka hati nurani. Ia juga meminta pemkab untuk mengasihi anak-anak para seniman yang hampir dua tahun tidak bisa manggung.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *