Anggarkan Rp 418 Juta untuk Darurat Kekeringan

oleh -

BLORA
Penulis : Ghina
Lenterakata.com – Kekeringan seolah menjadi bencana tahunan di Kabupaten Blora. Hanya, kekeringan di tahun ini diprediksi tidak separah tahun lalu karena tahun ini musim kemarau basah.

Meski demikan, pemerintah kabupaten (Pemkab) Blora tak mau mengambil risiko.

Link Banner

Melalui surat keputusan Bupati Djoko Nugroho menetapkan masa tanggap darurat kekeringan tahun ini selama empat bulan. Mulai Agustus hingga akhir November 2020.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setiap tahun menganggarkan bantuan air bersih untuk didistribusikan ke desa-desa membantu warga yag terdampak kekeringan musim kemarau.

‘’Tahun ini kami menganggarkan sekitar Rp 418 juta. Jumlah tersebut cukup untuk pengadaan bantuan air bersih sekitar 1.600 tangki (satu tangki = 5.000 liter),’’ ujar Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Blora Hadi Praseno, di Blora, Selasa (8/9/2020).

Dia mengungkapkan, sebanyak 170 desa di 14 kecamatan (kecuali Kecamatan Kradenan dan Todanan) telah mengajukan bantuan air bersih.

Menyikapi hal itu, kata Hadi Praseno, BPBD Blora sudah mulai menyalurkan bantuan air bersih ke desa-desa terdampak kekeringan sejak Agustus.

‘’Sampai saat inipun kami masih melakukan dropping air bersih. Untuk sementara ini sudah tersalur bantuan air bersih lebih dari 100 tangki sejak Agustus,’’ tandasnya.

Bantuan air bersih yang didistribusikan ke desa-desa adalah sesuai permintaan masyarakat desa setempat.

Hanya saja jumlahnya disesuaikan dengan tingkat keterparahan kekeringan di desa tersebut.

Selain itu, memperhatikan pula aspek pemerataan bantuan. Hal itu mengingat cukup banyak desa yang telah mengajukan bantuan air bersih.

‘’Kalau ada pihak lain yang hendak memberikan bantuan air bersih, kami persilahkan. Namun, alangkah baiknya dikoordinasikan dengan BPBD. Tujuannya agar bantuan merata ke desa-desa terdampak kekeringan,’’ kata Hadi Praseno.

Kekeringan di Kabupaten Blora seakan telah menjadi rutinitas tahunan.

Hal itu antara lain kerena Blora merupakan daerah dataran rendah dan sebagian besar wilayahnya kawasan perbukitan batu kapur.

Selain ditandai dengan keringnya lahan pertanian, di saat musim kemarau sebagian besar masyarakat di Blora kesulitan mendapatkan air bersih.

Tak hanya masalah ketersediaan air bersih, musim kemarau juga berimbas pada bidang pertanian.

Hanya saja, menurut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Reni Miharti, musim kemarau tahun ini diprediksi tidak separah tahun-tahun sebelumnya.

Ia menyakini hasil panen tanaman pertanian di Blora akan tetap bisa meningkat. Apalagi di kawasan Blora selatan yang mendapatkan air dari Bengawan Solo.

Di sejumlah kecamatan lainnya, para petani masih bisa bercocok tanam padi seiring ketersediaan air irigasi yang mencukupi.

‘’Justru yang perlu mendapatkan perhatian adalah serangan hama tikus. Tak hanya menyerang tanaman padi, tapi juga tanaman palawija seperti jagung,’’ ujarnya.

Reni Miharti menjelaskan, hama tikus tidak bisa ditangani parsial di satu lahan. Melainkan harus dilakukan bersamaan.

Karena itu, dengan menggandeng para pihak terkait termasuk TNI dan Polri, Dinas Pertanian mengintensifkan gerakan pemberantasan hama tikus.

Di antaranya melalui gropyokan bersama petani maupun pembasmian dengan obat-obatan.

Tak hanya itu, pembudidayaan dan pemasangan rumah burung hantu (rubuha) juga dilakukan dengan harapan dapat menekan populasi tikus.(wie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.